nazmudin facebook

Tampilkan postingan dengan label ELECTRONIC TV. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ELECTRONIC TV. Tampilkan semua postingan

Eeplus Tools 2


Fungsi dan Fitur-fitur EEPLUS 2
  1. Pengganda/pengkopi IC memori I2C keluarga 24*** secara manual dari IC ke IC tanpa PC, hanya cukup diberi supply tegangan eksternal (5 s/d 9V).
  2. Arah pengkopian secara manual dapat diset. Dari A ke B atau dari B ke A hanya dengan memindah jumper.
  3. Tombol Select dan tombol Start, mode manual.
  4. Copy dan Verify, mode manual, ditunjukkan oleh led copy dan led verify yang berkedip menandakan proses masih berlangsung.
  5. 3 led penanda tipe eeprom/memori, mode manual. 3 led (3 bit) berarti sampai 7 tipe memori berbeda yang dapat dikopi secara manual. Yaitu : 2401A (001), 2402 (010), 2404 (011), 2408 (100), 2416 (101), 2432 (110) dan 2464 (111).
  6. I2C Eepromer, mode PC, berfungsi sebagai pemrogram (baca dan tulis) IC memori I2C keluarga 24***.
  7. I2C Driver, mode PC, berfungsi sebagai pengomando/driver (baca dan tulis) perangkat-perangkat yang terhubung menggunakan bus I2C. Misalnya pada mesin TV terdapat Tuner data, IC Chroma, IC memori/eeprom dan IC audio tone control. Semua perangkat tersebut terhubung menjadi satu pada bus I2C (sda_scl). Jadi bila EEPLUS 2 juga dihubungkan ke bus tersebut, maka EEPLUS dapat digunakan untuk "memanggil" IC-IC dalam bus tersebut dengan perintah "read" atau "write" dari PC melalui EEPLUS 2.
  8. SPI Flasher, mode PC, berfungsi sebagai pemrogram (baca dan tulis) IC memori flash SPI keluarga 25*** (dapat ditemukan di perangkat DVD, misalnya Amic A25L080).
  9. SPI Flasher X, mode PC, berfungsi sebagai penulis IC memori flash SPI keluarga 25*** secara per-sector (hanya menulis saja). Kapasitas IC flash umumnya terbagi dalam beberapa sector, jadi bila ingin sekedar mengubah beberapa byte saja dari isi memori, tidak perlu menulis keseluruhan kapasitas memori dari awal hingga akhir, cukup menulis sector itu saja yang terdapat byte yang diubah saja. Misalnya digunakan untuk mengubah data key pada dvd player (yang hanya sekitar 24 byte saja).
  10. Dilengkapi dengan konektor I2C eksternal (paralel dengan bus 1) yang bertujuan guna dihubungkan dengan bus data I2C pada board/mesin lain. Misalnya digunakan untuk membaca IC memori yang terpasang pada mesin/board lain tanpa perlu melepas IC memori dari mesin/board targetnya.
  11. 2 buah bus data I2C, bus 0 (soket A) dan bus 1 (soket B). 1 buah bus SPI (soket A)
  12. Dilengkapi dengan jumper pemilih resistor pull-up, internal atau eksternal. Bila bus data eksternal dihubungkan ke mesin luar yang sudah terdapat resistor pull-up (misalnya mesin TV, dan hampir semua mesin eksternal sudah dilengkapi dengan resistor pull-up), maka jumper pemilih ini harap di pindah ke posisi eksternal pull-up.
  13. Led-led indikator, mode PC: mode led, reading led, writing led, job/function led.
  14. Kapasitas prosesor maksimal (firmware) : 24 bit address, 16 bit page address (SPI), 8 bit page address (I2C), 16 byte register (2 bank).
  15. Buffering dan caching temporary, yaitu EEPLUS 2 tidak mengakses file yang dibuka secara langsung, melainkan file tersebut terlebih dulu dikopi ke file sementara ketika membuka file.
  16. Edit buffer/cache, Pengguna dapat mengedit byte-byte dalam buffer/cache, sebelum dituliskan atau disimpan.
  17. Goto dan Find, Pengguna dapat menuju ke alamat yang diinginkan oleh Pengguna. Juga dilengkapi dengan Find yang dapat digunakan untuk mencari hex string dalam cache.
  18. Daftar perangkat/device dinamis, Pengguna dapat menambah/mengurangi sendiri daftar tipe-tipe perangkat yang dapat diakses oleh EEPLUS. Tersimpan dalam file konfigurasi yang sengaja dipisah-pisah untuk mempermudah proses pembaruan daftar tipe.
  19. Setting konfigurasi
  20.  Selengkapnya, kunjungi eeplus blog

Power Supply Polytron Problem 4


MENERUSKAN POWER SUPLAI PROBLEM 2-3

Led Power Berkedip, TV Gagal Start
Problem ini disebabkan karena micom dalam kondisi selalu ter-reset. Komponen aktif reset pada TV polytron menggunakan KIA7045. Fungsi dari KIA7045 adalah detektor tegangan, yang tidak akan mengeluarkan tegangan bila tegangan pada inputnya terukur “kurang dari” 4V5. Akibatnya micom akan ter-reset karena menurunnya tegangan 5VD.
Ketika standby, tegangan 5VD (TP5) terukur 5V, berarti kondisi tidak reset, kemudian program berusaha “menghidupkan” TV. Ketika power di-on-kan, muncul problemnya yaitu 5VD turun yang menyebabkan micom ter-reset lagi, dan mulai dari awal lagi, begitu seterusnya. Jadi problemnya bersumber dari tidak full-nya tegangan 5VD ketika ON.
Ada beberapa bengkel yang sembrono, yaitu dengan mengganti nilai zener D512 dengan 6V atau lebih, sangat beresiko terhadap keawetan micom. Bila tidak ada stok zener 5V6, bisa kok dengan menghubungkan seri zener 5V1 dengan dioda 1N4148 saling membelakangi.
Karena problem muncul ketika posisi ON, maka power supply sebaiknya dipaksa ON terlebih dahulu, kemudian ukur tegangan pada tes poin-tes poin yang telah ditentukan (baca artikel sebelum ini). Sebelum memaksa ON, jangan lupa untuk melepas R518 (beban B+) terlebih dahulu, pasang kembali bila dirasa sudah benar-benar terselesaikan!
Sedangkan penyebab tidak full-nya tegangan 5VD ketika ON dan beberapa solusinya antara lain adalah:
  1. Karena naiknya ESR pada C503 (1000uF/25V) sehingga tegangan pada C503 akan terukur sangat rendah (kurang dari 7V), ganti C503 dengan ESR yang rendah/baru (TP3).
  2. Atau karena bias transistor swith utama (T506 – C1815) kurang mencukupi/terganggu, biasanya dengan melepas konektor ke tombol panel, solusi akan teratasi. Penyebabnya adalah bias untuk ON/OFF disedot oleh transistor driver lampu LED yang ada di panel secara berlebihan hingga tidak cukup untuk membias T506. Ganti transistor driver LED kemudian pasangi resistor 10K secara seri terhadap basis transistor driver LED (TP7).
  3. Atau karena lemahnya transistor swith utama (T506 – C1815) yang masih sedikit menghantar ketika dikomando untuk ON, ganti T506 dengan yang baru, meskipun aslinya dites masih “kelihatan” normal. Biasanya diiringi dengan rendahnya output B+ dari nilai normalnya. Tipe alternatif C2235 atau C2482 bisa dipakai sebagai pengganti (TP6).
  4. Atau timbulnya frekuensi harmonik yang berlebihan pada power supply. Biasanya dengan menjumper lilitan/ferit filter (L501) dengan kawat secara langsung.
  5. Bila solusi 1, 2, 3 dan 4 di atas belum mempan, coba modifikasi dengan menurunkan nilai R512 (aslinya 100 ohm) menjadi 22 s/d 47 ohm 0.25 watt (TP4).
  6. Bila solusi 1, 2, 3, 4 dan 5 di atas belum mempan juga, coba jurus yang satu ini, pasangi resistor dengan nilai 47K/1watt secara paralel dengan C508 (100uF/160V), alias output B+ digronkan dengan resistor 47K/1watt. Alasannya karena bila beban pada salah satu sekunder trafo meningkat, maka pada output yang lainnya akan meningkat juga sebagai efek dari kerja error amp dan power supply (TP1).

Power Supply Polytron

Ringkas, murah, sederhana, praktis dan super mepet karakteristiknya. Di daerah Penulis, merk yang satu ini lumayan laris manis, berimbas juga dengan semakin banyaknya garapan merk ini yang masuk ke bengkel. Sebagian besar disebabkan karena problem power supply.
Rekor pertama ditempati oleh problem R517 yang gosong terbakar hingga sering menyebabkan rusaknya ic micom, sensor remot, zener pada panel tombol, ic reset, ic tombol sentuh, ic memori dan komponen aktif sepanjang jalur 5VD. Bisa saja semua komponen aktif disepanjang jalur 5VD rusak, sebagian atau bahkan masih normal semua, tergantung tingkat keparahan kerusakannya.
Pada skema berikut ini telah Penulis tambahi dengan beberapa Test Point (TP), digunakan ketika proses perbaikan, yaitu titik-titik pengukuran tegangan untuk mengetahui normal tidaknya tegangan pada tes poin-tes poin tersebut. Pada beberapa model, skema masih tergolong sama, ada beberapa bagian kecil yang berbeda (nilai/tipe yang digunakan dan kode komponen), akan tetapi secara global dapat disamakan dengan skema berikut.

Keterangan Tes Poin (TP)
TP1. Tegangan B+.
TP2. Tegangan 47V, pada beberapa model menggunakan 38V.
TP3. Tegangan Aux 12V, pada beberapa model menggunakan 10V.
TP4. Tegangan supply regulator 5VD (kolektor T504).
TP5. Tegangan 5VD, emitor T504, supply tegangan standby micom.
TP6. Kolektor transistor standby (T506).
TP7. Basis transistor standby (T506).
TP8. Tegangan 5VA.
TP9. Tegangan 8V.
Sebaiknya skema dan test point di atas Pembaca hafalkan lokasi titiknya, karena di sini Penulis akan menggunakan tes-tes poin tersebut dalam artikel-artikel selanjutnya tentang power supply polytron.
Kode Komponen
Jangan terpaku dengan kode komponen yang dipakai di skema. Karena pada beberapa model, transistor T506 mungkin saja adalah transistor regulator 5VD atau transistor lainnya. Pahami fungsi transistor dalam diagram, bukannya menghafalkan kode komponen yang tercantum.
Suatu ketika ada teman Penulis yang curhat tentang servisannya, bukannya garapannya selesai, malah tambah kebul-kebul (alias tambah parah). Servisan tambah parah setelah dia membaca dari sebuah blog dan menerapkannya, di sebuah blog ditulis T506 diganti baru dengan tipe C1815. Asal main ganti aja, tidak tahunya kalau T506 pada garapannya adalah transistor swith 50V (T505 pada skema). Seandainya saja di mesin yang sedang dia garap transistor T506 adalah transistor dibagian primer yang aslinya A1015......ckckckckck.
Paksa ON dan paksa OFF/standby
  • Pastikan sebelum memaksa ON dan OFF, R518 (2,7ohm 2W) resistor supply B+ ke FBT dilepas terlebih dahulu.
  • Untuk memaksa ON, hubung singkatkan TP7 dengan GND (basis T506 dengan GND).
  • Untuk memaksa standby, hubung singkatkan TP6 dengan GND (kolektor T506 dengan GND).
Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran tegangan pada titik-titik tes poin pada kondisi normal, nilai minimum, tanpa beban output horisontal (R518 dilepas). Bandingkan hasil pengukuran antara kondisi dipaksa ON dengan dipaksa OFF/standby.
  1. Kondisi dipaksa ON
    TP1, Tegangan B+, terukur 110V s.d 115V.
    TP2, Tegangan 47V, terukur 40V (pada beberapa model terukur 30V).
    TP3. Tegangan Aux 12V, terukur 10V (pada beberapa model terukur 8V).
    TP4. Kolektor T504, terukur 8V (pada beberapa model terukur > 6V)
    TP5. Emitor T504, terukur 5V s.d 5V2 (semua model)
    TP6. Kolektor transistor standby (T506), terukur > 20V.
    TP7. Basis transistor standby (T506), terukur 0V.
    TP8. Tegangan 5VA, terukur 5V
    TP9. Tegangan 8V, terukur > 7V5.
  2. Kondisi dipaksa OFF/standby
    TP1, Tegangan B+, terukur > 25V.
    TP2, Tegangan 47V, terukur 12V (pada beberapa model terukur 10V).
    TP3. Tegangan Aux 12V, terukur < 3V (pada beberapa model terukur < 2V).
    TP4. Kolektor T504, terukur 8V (pada beberapa model terukur > 6V)
    TP5. Emitor T504, terukur 5V s.d 5V2 (semua model)
    TP6. Kolektor transistor standby (T506), terukur 0V.
    TP7. Basis transistor standby (T506), terukur 0V8.
    TP8. Tegangan 5VA, terukur < 2V.
    TP9. Tegangan 8V, terukur < 2V.
Regulator 5VD
Komponen-komponen regulator 5VD terdiri dari R517, D512, C513, C514, C513 dan T504. R517 dan D512 (zener 5V6) berfungsi sebagai regulator utama, yaitu mengambil dan menurunkan tegangan dari kolektor T504, R517 sebagai penurun atau penahannya dan D512 sebagai stabilisernya. Sedangkan T504 difungsikan sebagai penguat arus, yang akan menguatkan arus dari tegangan yang ada pada basisnya, tegangan emitor akan sama dengan tegangan pada basis akan tetapi arus lebih besar (karena dikuatkan oleh transistor T504). Tegangan output pada kaki emitor T504 yang pada skema disebut sebagai 5VD. Tegangan 5VD ini digunakan sebagi tegangan supply untuk ic micom. Dalam keadaan standby ataupun ON, tegangan 5VD harus tetap/stabil pada tegangan 5V.
Darimana Sumber Tegangan untuk Regulator 5VD?
  • Ketika standby, tegangan pada kolektor T504 mengambil dari kolektor T505 (A1023). Yang pada saat standby, T505 tersebut dalam kondisi terswith (melewatkan tegangan dari kaki emitor ke kolektornya), sedangkan kaki emitor T505 (A1023) dihubungkan dengan output sekunder power supply pada C505 (47uF/50V) yang ketika standby terukur hanya sekitar 8 sampai dengan 12V, jadi sangat aman untuk diturunkan menjadi 5V oleh regulator 5VD.
  • Ketika ON, tegangan kolektor T504 mengambil dari D510, sedangkan T505 (A1023) ketika kondisi ON tidak berfungsi karena tidak diswith/bias. D510 dan melalui R512 mengambil tegangan dari output 12V (C503 – 1000uF/25V) yang ketika ON terukur sekitar 8 sampai dengan 12V. Sangat aman untuk diturunkan menjadi 5V oleh regulator 5VD.
Regulator 5VA dan Regulator 8V
Transistor T503 dan komponen pendukungnya berfungsi sebagai regulator 5VA. Transistor T502 dan komponen pendukungnya berfungsi sebagai regulator 8V. Tegangan keluaran dari kedua regulator ini dipakai untuk mensupply perangkat-perangkat/blok-blok pada TV ketika ON. Kedua regulator ini menurunkan tegangan dari output 12V (C503 – 1000uF/25) yang terukur sekitar 12V ketika posisi ON. Sedangkan ketika posisi standby, tegangan pada C503 terukur sekitar < 3V, begitu juga pada output kedua regulator tersebut, yaitu masing-masing sekitar < 3V juga.
ON dan Standby
Transistor T506 (C1815, C2236), berfungsi sebagai swith utama power supply. Ketika tegangan pada basis T506 cukup untuk menswith T506, maka kolektor T506 sama dengan terhubung dengan emitor (GND), yang berarti T506 mengkonsletkan tegangan pada D511 (1N4007) sekaligus memberi bias kepada T505 (A1023) untuk segera swith. Karena D511 dikonsletkan ke GND oleh T506, secara otomatis bagian primer power supply akan mengikuti dengan menurunkan semua tegangan outputnya untuk masuk ke mode standby. Yang sebenarnya bukan masuk ke mode standby, akan tetapi primer dipaksa untuk mengeluarkan tegangan serendah mungkin pada outputnya.
Sebaliknya ketika ON, tegangan pada basis T506 terukur 0V, kolektor T506 menjadi High Impedance, alias tidak mengubung, sehingga T505 tidak lagi terbias dan D511 tidak lagi dikonsletkan dan primer akan mengeluarkan tegangan kerja berdasarkan tegangan kerja error amp pada rangkaian.

SEBELUMNYA: DISINI

Power Supply Polytron Problem 2-3

meneruskan masalah power suplai polytron part1

POWER SUPLAI PART 2

Output B+ Terlalu Tinggi atau Terlalu Rendah Disertai Suara Mengerik
Keluaran B+ yang terlalu tinggi disebabkan karena bagian error amp yang gagal/rusak. Error amp pada power supply ini adalah R504, R503, R542, R543, R547, R505, R544, C528, C529, R501, R507, IC504, IC502.
Beberapa penyebab naiknya tegangan keluaran antara lain:
  • Naik atau putusnya salah satu resistor dari R503, R542, R543, R547. Semua resistor tersebut menggunakan toleransi 1% (5 gelang warna).
  • Rusaknya IC504 (TL431).
  • Putusnya jalur yang terhubung dengan R507 (220). Atau TP3 konslet terhadap GND.
  • Rusaknya Optocoupler.
Sedangkan keluaran B+ yang terlalu rendah bisa disebabkan karena :
  • R504 naik/putus.
  • Rusaknya IC504 (TL431).
  • Salah satu output selain B+ (TP1) dan output 12V (TP3) konslet terhadap GND. Paling sering terjadi konslet pada blok audio amplifier.
  • T505 (A1023) rusak/konslet, sehingga TP2 (output 50V) konslet.
  • Rusaknya Optocoupler

POWER SUPLAI PART 3.

TV Sulit Start, Pemanasan Terlebih Dahulu Sebelum Beroperasi Normal
Problem yang hampir mirip yaitu kebalikan dari problem 1 sebelumnya. Yaitu ketika ON tegangan 5VD (TP5) penuh, akan tetapi ketika standby, tegangan 5VD turun, akibatnya, TV memakai pemanasan terlebih dahulu sebelum beroperasi normal. Kadang hingga 1 jam TV baru bisa menyala normal.
Karena problem muncul ketika posisi standby, maka power supply sebaiknya dipaksa standby terlebih dahulu, kemudian ukur tegangan pada tes poin-tes poin yang telah ditentukan (baca artikel sebelum ini). Sebelum memaksa standby, jangan lupa untuk melepas R518 (beban B+) terlebih dahulu, pasang kembali bila dirasa sudah benar-benar terselesaikan!
Sedangkan penyebab tidak full-nya tegangan 5VD ketika standby dan beberapa solusinya antara lain adalah:
  • Karena naiknya ESR pada C505 (47uF/50V) sehingga tegangan pada C505 akan terukur sangat rendah (kurang dari 8V), ganti C505 dengan ESR yang rendah/baru (TP3). Ganti dengan 100uF/50V dengan ESR rendah malah lebih bagus.
  • Transistor T505 (A1023), kemungkinan menurun karakteristiknya. Atau bias pada T505 kurang. Karena transistor berjenis PNP, berarti semakin negatif semakin kuat biasnya.
  • Atau timbulnya frekuensi harmonik yang berlebihan pada power supply. Biasanya dengan menjumper lilitan/ferit filter (L505) dengan kawat secara langsung.
  • Atau tegangan keluaran power supply terlalu rendah ketika posisi standbynya. Dengan mengganti dioda D511 (1N4007) dengan 2 buah dioda 1N4007 secara seri searah. Tujuannya untuk menaikkan tegangan ketika power supply distandby. Atau bisa juga dengan menyeri D511 dengan resistor 47 ohm s/d 470 ohm terhadap D511. Bila Anda memodifikasi semacam ini, pertahankan tegangan pada TP3 kurang dari 3V. (bila Anda melepas D511, berarti sama saja dengan memaksa ON secara sembrono, dan siap-siap saja ada yang kebul-kebul).
  • Bila solusi 1, 2, 3 dan 4 masih tidak mempan, coba modifikasi bagian snubber. Karena terganggunya nilai snubber (C520 – 1n/2KV) dan resistor snubber (R536 – 2,2/2W). Coba naikkan nilai C520 dengan menambahkan kapasitor 561pF/2KV secara paralel dengan C520. Atau, dengan menurunkan nilai resistor R

Power Supply Polytron Problem 1


Resistor R517 Terbakar, Diganti Baru Tetap Terbakar lihat gambar, terlihat R517 yang gosong.

 

Karena beberapa kali penggantian R517 (180 ohm) tidak bertahan lama, beberapa menit menyala sudah gosong lagi, apa penyebab terbakarnya R517?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, riset dan pengamatan dilakukan, berikut ini kronologinya:
R517 (180 ohm) digunakan untuk mensupply basis transistor regulator 5VD (TP5), supaya output tetap terregulasi dan stabil, dipasanglah zener 5V6 pada basis T504. R517 menurunkan tegangan dari kolektor T504 (TP4) menjadi 5V6 dengan bantuan zener.
Berarti satu-satunya jalan R517 bisa terbakar adalah R517 tidak mampu menahan/menurunkan tegangan pada kolektor T504 yang terlalu tinggi.
Ketika standby ataupun ketika ON, tegangan pada kolektor T504 hanya sekitar 10V saja, tegangan sebesar itu sepertinya tidak mungkin mampu menghanguskan R517. Kecuali, T505 bocor sehingga ketika ON, T505 menghantarkan tegangan 47V ke kolektor T504. T505 coba diganti, ternyata masih terbakar… ternyata salah dan T505 (A1023) masih baik-baik saja.
Bila transistor T505 (A1023) baik-baik saja, kenapa masih terbakar? Kemungkinan penyebabnya adalah karena T505 terswith/terbias ketika power supply masih dalam keadaan ON. Sehingga T505 melewatkan/meloloskan tegangan 47V ke kolektor T504, cukup masuk akal.
Mungkin T505 masih terlalu peka, mencoba memodifikasi R515 dan R516. R515 diganti dengan nilai 2K2 dan R516 diganti dengan nilai 10K. Hasilnya R517 tidak langsung terbakar, dalam 1 atau 2 menit baru terbakar.
Seharusnya T506 (C1815) yang bertanggungjawab, karena T506 adalah satu-satunya pembias T505 (A1023), T506 coba diganti, horeee…. R517 mampu bertahan selama 15 menit kemudian terbakar lagi.
Apakah T506 terlalu peka?... coba diturunkan nilai R519 dengan 5K6, maksudnya bias T506 sedikit berkurang kepekaannya… lumayan bisa mampu bertahan sekitar 30 menit kemudian terbakar lagi R517-nya.
T506 (C1815) dibias/didrive oleh ic program/micom dengan melalui beberapa transistor buffer, transistor-transistor buffer dicek hasilnya baik-baik saja. Setelah diurut jalur power on/off-nya ternyata ada yang menuju ke pcb blok tombol panel, menuju transistor driver led. Kemudian dilepas konektor menuju ke panel, lalu TV dinyalakan tanpa panel, lebih dari 1 jam tidak terbakar.
Berarti mungkin ada gangguan pada tegangan on/offnya, kemudian transistor driver led pada panel diganti baru dan dipasanglah resistor 10K secara seri terhadap basisnya dengan maksud untuk mengurangi beban tegangan pada jalur kontrol on/off.
Berhasiiil… menyala lebih dari 2 jam... akhirnya bayaran juga…
Lalu dicoba dimatikan menggunakan remot dan dihidupkan lagi… no problemo… matikan lagi memakai remot dan dihidupkan lagi memakai remot, hidup 5 menitan… no problemo… matikan lagi TV-nya memakai remot… kemudian ditinggal minum dulu sambil ngemil… tahu-tahu keluar asap dari bagian belakang TV…. gosong lagi deh R517-nya!!!
Berarti timbul 1 kemungkinan lagi, yaitu power supply tidak bisa distandby, meskipun bagian primer telah menerima komando standby dari T506 (C1815) bagian primer tetep ngeyel tidak mau menurunkan tegangan outputnya… apa yang menyebabkannya?
Power supply jenis ini ketika standby dipaksa untuk mengeluarkan tegangan mendekati batas operasi terendahnya. Dan ketika power supply jenis ini menerima komando untuk menurunkan tegangannya sekecil mungkin hingga melebihi batas operasi terendahnya, bagian primer akan nyelonong karna tidak mampu lagi mengunci tegangan outputnya (kehilangan tegangan referensi), alhasil tegangan outputnya akan naik (tetap tinggi). Hmmm…. Ketemu juga biangnya, langsung menuju ke tegangan referensi bagian primer, yaitu tegangan pada C516 (1n/100V), dinaikkan nilainya menjadi 3n9/100V sampai dengan 5n6/100V. Terselesaikan sudah problem R517 selalu terbakar.

Untuk lebih singkatnya, langkah-langkah solusi penanganan R517 terbakar yaitu :
  • Modifikasi dengan menambah resistor dengan nilai 10K di kaki basis transistor driver LED yang ada di pcb tombol panel depan secara seri. Sebaiknya transistor driver juga diganti.
  • Ganti T506 (C1815) dengan yang baru meskipun dites masih bagus. Tipe alternatifnya adalah C2236, C2235 atau C2482.
  • Modifikasi sistem bias T505 (A1023), dengan cara memodifikasi R515 dan R516. R515 diganti dengan nilai 2K2 dan R516 diganti dengan nilai 10K.
  • Ganti C516 (1n/100V) dibagian primer dengan nilai 3n9/100V sampai dengan 5n6/100V. Nilai 4n7/100V biasanya sudah mencukupi.
  • Cek T505 (A1023), ganti baru bila rusak.
  • Ganti R517.
  • Lepas beban B+ dengan melepas R518 (2,7/2W).
  • Kemudian berulang kali paksa ON dan paksa OFF secara manual secara bergantian, sambil memonitor tegangan pada TP4, bila terukur antara 8V s/d 15V ketika dipaksa OFF atau dipaksa ON, bisa dikatakan telah normal.
  • Ukur semua tegangan pada TP1 sampai dengan TP9 dan bandingkan tegangan yang terukur dengan kondisi normalnya pada kondisi paksa ON maupun paksa OFF (baca artikel sebelum artikel ini). Bila dirasa sudah sesuai, silahkan pasang kembali R518, dan siap dites.

Tips Burning File Image


Pada tips terdahulu di Tips DVD Decrypter, telah kita coba memburning file Image ke DVD, dan pada tips kali ini kita akan mencoba memburning lagi file Imagenya ke CD.
Dan software yang akan kita pake pada tips ini saya pilih menggunakan NERO, dengan pertimbangan, bahwa software ini mudah sekali kita dapat, yang penting kita udah beli CD/DVD RW Rom, otomatis software ini udah dibundel bersama dengan CD/DVD Romnya sebagai software pendukung.

Untuk lebih jelasnya, kita mulai aja mencobanya.

Masukkan CD+ R di CD/DVD RW Romnya

Buka Nero, dalam contoh ini saya gunakan Nero 7, dan tampilan pertamanya kira" akan seperti gambar dibawah ini,

Setelah itu Klik Backup seperti gambar dibawah ini,

Setelah itu klik Burn Image to Disc (tandah panah merah pada gambar diatas), dan selanjutnya akan terbuka window seperti gambar dibawah ini

Sekarang kita browser ke file Image yang ingin kita burning, bisa file ISO atau file CUE, pada contoh ini saya akan burning file CUE, dan setelah itu klik Open dan akan seperti gambar dibawah ini,

Setelah itu kita atur kecepatan Write dengan mengklik seperti tandah panah digambar diatas, dan setelah itu akan seperti gambar dibawah ini,

Klik seperti gambar diatas untuk mencari kecepatan write yang didukung oleh CD+R yang akan kita burning, dan pilih kecepatan yang paling rendah.
Sebenernya bisa juga dipilih kecepatan write yang lain, cuma semakin rendah kecepatan writenya, semakin bagus kualitas write dari suatu CD atau DVD.
Dalam contoh ini, kecepatan write yang paling rendah yang didukung oleh CD+Rnya adalah 8X, Setelah itu klik Burn dan proses burning file Imagenya akan dimulai, tunggu hingga proses burning selesai...